AKMENIKA
UPY, VOLUME 8, 2011
Arif
Sudaryana
Perilaku
Konsumen dalam Berbelanja pada Supermarket di Yogyakarta
Latar
Belakang
Pemasaran merupakan ujung tombak
perusahaan dalam mencapai tujuan bisnisnya (Stanton) seperti bertahan hidup,
memperoleh keuntungan dan berkembang. Tujuan tersebut akan dapat dicapai
manakala perusahaan mampu menciptakan, mengantarkan serta mengkomunikasikan
nilai melalui sebuah produk sehingga dapat meraih, mempertahankan pelanggan.
Sehingga bidang pemasaran adalah merupakan bidang pengambilan keputusan yang
sulit bagi perusahaan. Karena masalah pemasaran tidaklah memperlihatkan
ciri-ciri kuantitatif murni dari masalah-masalah produksi, akuntansi atau
keuangan. Berbagai variabel psikologis konsumen memainkan peranan penting dan
besar dalam perencanaan pemasaran serta membentuk dan berinteraksi dalam fungsi
bisnisnya. Pemahaman tentang bagaimana konsumen menanggapi tawaran perusahaan,
memilih serta memutuskan produk yang akan dibeli adalah merupakan kunci sukses
dalam pencapaian tujuan perusahaan. Untuk memahami konsumen dimulai dengan
memahami kebutuhan dan keinginan yang menjadi motivas karena motivasi merupakan
salah satu faktor psikologis kiranya perlu memperoleh perhatian sebab motivasi
yang ada akan mendorong kebutuhan dengan diekspresikan dalam perilaku pembelian
dan konsumsi suatu produk (Engel, Blackwell, Miniard, 1993.). Pemahaman
motivasi konsumen dapat diperkirakan perilaku yang akan diekspresikan oleh
konsumen sehingga pemasar dapat merancang rangsangan yang lebih tepat sehingga
dalam melayani konsumen akan lebih baik dibanding pesaingnya. Oleh karena itu
memahami perilaku konsumen terutama variabel kebutuhan dan keinginan konsumen
sebagai motivasi adalah syarat mutlak bagi keberhasilan perusahaan.
Pada kondisi sekarang ini dengan
adanya tuntutan waktu yang semakin sempit serta bergesernya budaya maka waktu
yang tersedia untuk mencari alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga berubah.
Didalam memilih tempat berbelanja biasanya pembeli menghendaki tempat yang
tidak jauh dari tempat tinggal, cukup strategis untuk dilalui dan mudah dicapai
apabila ada kebutuhan yang sangat mendesak serta tempat parkir yang luas dan
aman. Supermarket yang cerdik akan memilih lokasi dimana penghasilan penduduk
yang stabil, terjamin dan tinggi. Jadi jumlah penduduk di sekitar lokasi akan
menentukan jumlah calon langganan supermarket itu. Maka secara singkat dapat
dikatakan bahwa lokasi supermarket memainkan peranan penting bagi suksesnya
supermarket tersebut, sebab ia menentukan besarnya penjualan dan laba. Lokasi yang
baik seringkali dapat menutup kelemahan pengelolaan, tetapi lokasi yang jelek
dapat menjadikan kegagalan walaupun dikelola pengusaha yang paling trampil
sekalipun (Basu Swastha Dh . 1987). Selain lokasi, pemilihan tempat untuk
belanja bagi konsumen juga sering menginginkan aspek yang lain seperti
kesenangan sebagai pleseiur. Motivasi konsumen akan dapat diketahui dari
preferensi konsumen dalam memilih produk, karena preferensi konsumen atas
atribut suatu produk merupakan manifestasi dari motivasi konsumen atas produk
tersebut (Engel, Blackwell, Miniard, 1993). Motivasi yang ada akan mendorong
proses dalam menentukan pilihan diantaranya berbagai alternatif dari kegiatan
suka rela (Vroom dalam Gibson, Ivancevich dan Donelly, 1982).
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
dipakai dalam penelitian ini adalah metode surve dilakukan dengan pengambilan
data melalui penyebaran daftar pertanyaan yang ditujukan ke obyeknya.
Kesimpulan
a.
Berdasarkan analisis terhadap pengaruh berbagai
atribut secara individual, masingmasing diketahui bahwa atribut kemudahan dalam
berbelanja, keanekaragaman produk serta atribut harga mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku konsumen dalam berbelanja. Diantara variabel
tersebut, atribut kemudahan adalah variabel yang paling besar pengaruhnya.
Namun jika dilihat kelima variable tersebut secara simultan maka semua variabel
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan sehingga layak sebagai variabel
prediktor.
b.
Hubungan karakteristik konsumen dengan manfaat
yang dicari, ternyata ada hubungan yang dignifikan antara jenis pekerjaan dan
perbedaan tingkat pendapatan dengan kecenderungan memilih atribut yang ada pada
supermarket sehingga perbedaan karakteristik akan memberikan perbedaan
tanggapan atas setiap atribut yang ditawarkan oleh supermarket.
Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 1 No. 2, Juli 2010
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK SAYURAN DI PASAR
MODERN KOTA BEKASI
Oleh : Euis Dasipah, Haris Budiyono, Meilan Julaeni
Latar Belakang
Mengingat begitu penting manfaat sayuran bagi
konsumen, maka komoditas ini memiliki nilai ekonomi yang besar bagi sektor
agribisnis. Sayuran perlu dikonsumsi setiap hari oleh konsumen, untuk
memelihara fungsi tubuh secara sehat, sehingga ketersediaan dan penawaran
sayuran di pasar merupakan peluang bagi petani, pengelola pasar, dan pedagang
sayuran.
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia memiliki
hubungan yang sejalan dengan peningkatan konsumsi sayuran di Indonesia. Menurut
BPS (2005), diperoleh keterangan bahwa frekuensi konsumsi atau makan sayuran di
kota-kota besar tidak begitu mengalami penurunan. Hal ini karena adanya daya
beli konsumsi masyarakat cukup tinggi terhadap sayuran. Dengan demikian
jelaslah bahwa mutu dan kesegaran sayuran sangat menentukan harganya. Padahal
seperti produk hortikultura yang lain, sayuran sangat mudah rusak dan membusuk
dalam waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun dan bahkan tidak
dapat dikonsumsi sama sekali. Hal ini berarti pasar harus selalu dipasok
sayuran segar setiap hari. (Rahardi F., Rony Palungkun, dan Asiani Budiarti,
1999)
Peluang pemasaran sayuran saat ini adalah pasar
swalayan, supermarket dan outlet khusus yang merupakan pasar modern yang
menjual sayuran segar dimana konsumen kelas menengah ke atas sebagai pasar
sasaran yang akan dituju, yang biasa membeli kebutuhan mereka berupa sayuran.
Sayuran tersebut dijual dengan harga yang relative mahal dibandingkan dengan
yang ada di pasar tradisional. Namun ada sebagian konsumen yang memilih untuk
membeli sayuran di pasar modern seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan
dan pengetahuan, serta pertukaran dan motif berbelanja lainnya.
Hal menarik lainnya adalah meskipun saat ini produk
sayuran semakin tersedia di berbagai tempat berbelanja, namun penjualannya
belum terlalu meningkat. Produsen maupun pemasar perlu memahami apa yang
sebenarnya diinginkan oleh konsumen dan hal-hal apa saja yang mempengaruhi atau
dipertimbangkan selama pembelian sayuran itu dilakukan. Perilaku konsumen yang
membeli produk sayuran ini menarik untuk diteliti, tentang bagaimana alasan,
jenis produk sayuran yang dibeli, jumlah frekuensi pembelian, dan sebagainya.
Untuk keperluan ini maka menjadi penting untuk melakukan penelitian mengenai
Analisis Perilaku Konsumen Dalam Membeli Produk Sayuran di Pasar Modern.
Metode
dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan merupakan data ordinal sehingga
untuk menaikkan tingkat pengukuran menjadi interval digunakan Methode of
Successive Interval.
Analisis
Deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang (1) karakteristik
responden dan (2) jenis komoditi yang paling diinginkan oleh responden dan
digunakan untuk analisis bagi variabel yang dinyatakan dengan frekuensi baik angka
mutlak maupun persentase.
Analisis Faktor
digunakan untuk mentransformasi sejumlah variabel dependen menjadi variabel
baru yang saling bebas, sehingga dapat diketahui variabel dan faktor-faktor
dominan diantara varabel-variabel yang mempengaruhi konsumen dalam proses
keputusan pembelian. Selanjutnya penelitian ini menggunakan metode ekstraksi
Principal Component Analysis, yaitu suatu pendekatan dalam analisis faktor yang
memperhitungkan total varian dalam data.
Kesimpulan
1.
Karakteristik konsumen dalam membeli produk
sayuran mayoritas responden (89%) adalah wanita, yang berusia antara 26035
tahun (41%) yang berstatus pernikahan telah menikah (73%), pada umumnya
berpendidikan Sarjana dan Diploma (75%), yang berperan sebagai ibu rumah tangga
(43%), yang memiliki pendapatan perbulan antara Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000
(46%), dengan jumlah anggota keluarga 1-4 orang (67%).
2.
Dalam perilaku berbelanja sayuran di pasar
modern menunjukkan bahwa jenis sayuran yang diinginkan/diminati konsumen yang
masuk dalam lima besar ini adalah bayam hijau, brokoli, wortel, jagung manis,
dan sawi putih. Frekuensi berbelanja konsumen dilakukan sesekali bilamana ada
keperluan (45%) dengan jumlah pengeluaran setiap kali membeli sayuran antara RP
25.000 – Rp 50.000 (37%) responden.
3.
Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi atau
dipertimbangkan dalam proses pembelian sayuran adalah faktor budaya, faktor
sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi. Variabel-variabel dominan yang
mempengaruhi atau dipertimbangkan konsumen dalam proses pembelian adalah
keluarga, kelompok referensi, usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan,
pembelajaran, peran dan status, kepribadian, motivasi, persepsi, demografi,
gaya hidup, kelas social, keadaan ekonomi dan keyakinan.
Buletin Peternakan Vol. 35(2): 137-142, Juni 2011
PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BAKSO DI MALANG
Budi Hartono*, Umi Wisapti Ningsih, dan Nila Fithria Septiarini
Latar Belakang
Kota Malang juga dikenal sebagai
kota Bakso selain kota Apel. Bakso merupakan makanan daging sapi yang dicampur
dengan terigu yang dimasak dengan proses tertentu untuk dikonsumsi. Bakso
sangat populer dan digemari semua kalangan dengan harga yang bervariasi dan
terjangkau oleh konsumen. Tarwotjo et al. (1971) menjelaskan bahwa bakso daging
sapi merupakan sumber protein hewani karena daging sapi mengandung protein yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Usaha bakso membutuhkan tenaga kerja
mulai dari lokasi penggilingan, sampai daerah produsen dan pemasaran. Bakso
dibuat menggunakan daging segar agar dihasilkan bakso yang kenyal dan kompak.
Bahan baku bakso umumnya berasal dari daging paha belakang sapi, akan tetapi
dapat juga dibuat dari bagian karkas lainnya.
Usaha bakso dapat digolongkan
sebagai usaha kecil. Parubak et al. (2004) menjelaskan bahwa usaha kecil
mempunyai peranan penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan nasional.
Usaha kecil merupakan usaha yang ditekuni oleh sebagian besar masyarakat dan
merupakan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan
yang luas kepada masyarakat. Pemerintah terus berupaya membina kelompok usaha
kecil agar menjadi usaha yang semakin efisien dan mampu berkembang mandiri dan
dapat membuka lapangan kerja baru.
Dua faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian yaitu faktor internal
dan faktor eksternal (Asseal, 1992). Faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan
dan strategi bauran pemasaran. Faktor lingkungan terdiri dari faktor budaya,
referensi dan kelas sosial. Strategi bauran pemasaran terdiri dari produk,
harga, promosi, dan distribusi. Faktor internal terdiri dari faktor gagasan dan
karakteristik konsumen. Faktor internal dan eksternal dalam interaksinya dapat
mempengaruhi perilaku konsumen baik secara individual maupun secara
bersama-sama.
Konsumen melakukan pembelian
tidak terlepas dari karakteristik produk baik mengenai penampilan, gaya, mutu
dan harga dari produk tersebut. Penetapan harga oleh penjual akan berpengaruh
terhadap perilaku pembelian konsumen, sebab harga yang dapat dijangkau oleh
konsumen akan cenderung membuat konsumen melakukan pembelian terhadap produk
tersebut. Karakteristik penjualan bakso akan mempengaruhi keputusan membeli.
Konsumen akan menilai mengenai penjual, baik mengenai pelayanan, mudahnya
memperoleh produk dan sikap ramah dari penjual (Tedjakusuma et al., 2001).
Penjual bakso harus memahami
keinginan konsumen dengan cara mempelajari perilaku konsumen agar konsumen
bersedia membeli baksonya. Pemahaman perilaku konsumen yang baik dan tepat
diharapkan akan mengembangkan kegiatan pemasarannya. Penjual bakso daging perlu
mengenal konsumen, sasaran dan model keputusan yang dilakukan oleh konsumen,
sehingga penjual bakso daging mengetahui motif konsumen dalam menilai bakso
daging yang sesuai dengan hati nuraninya. Analisis faktor digunakan untuk
menentukan urutan faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli bakso
daging di Kota Malang, sehingga perlu dilakukan penelitian agar penjual bakso
dapat mempertahankan eksistensinya.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan
metode survei di Kota Malang dengan pertimbangan bahwa Kota Malang dikenal
sebagai Kota Bakso.
Kesimpulan
Sebagian besar responden yang melakukan
pembelian bakso adalah perempuan, berstatus pelajar, mempunyai umur di bawah 35
tahun, pendapatan individu yang diperoleh antara Rp. 1.000.000,00 sampai Rp.
2.000.000,00 per bulan dan harga bakso Rp. 5.000,00 seporsi dapat dikategorikan
terjangkau. Pola mengkonsumi bakso bukan sebagai makanan pokok tetapi sebagai
kuliner, hobi, dan makanan camilan. Delapan faktor yang dipertimbangkan
responden secara berurutan adalah harga, kelas sosial, kemudahan mencapai lokasi,
parkir, tampilan penyajian, kepuasan, pendapatan, dan demografi.
Sumber :
http://ekonomi.upy.ac.id/files/PERILAKU%20%20KONSUMEN%20DALAM%20BERBELANJA%20PADA%20SUPERMARKET%20DI%20YOGYAKARTA%20(ARIF%20SUDARYANA).pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=19677&val=1236
file:///C:/Users/User/Downloads/600-485-1-PB%20(2).pdf
0 komentar:
Posting Komentar